Tanaman

Budidaya Tanaman Cabai Rawit

Cabai rawit atau cabai kecil merupakan tanaman menahun, yang dapat hidup sampai 2-3 tahun apabila dipelihara dengan baik dan kebutuhan nutrisinya tercukupi. Terdapat beberapa macam cabai rawit antara lain rawit kecil, sedang dan besar. Umumnya cabai rawit kecil memiliki tingkat kepedasan yang tinggi. Cabai rawit sendiri digunakan untuk sayur, bumbu masak, asinan, obat, dan sebagainya.

Cabai rawit merupakan bahan masakan yang selalu dibutuhkan. Menjadi salah satu bahan masakan yang penting, harga cabai rawit di pasaran ternyata tidak selalu stabil. Cuaca hingga banyaknya permintaan menjadi faktor yang paling sering membuat harga cabai rawit tidak stabil, bahkan pandemi Covid-19 juga turut mempengaruhi harga cabai rawit.

Dikarenakan harga cabai rawit yang tidak stabil, menanam cabai rawit di pekarangan rumah maupun membudidayakannya di kebun merupakan cara yang bisa dilakukan. Menanam cabai rawit juga memiliki banyak Keuntungan Budidaya Cabe Rawit yang Tak Banyak Diketahui Orang.

Selain bisa menjamin terpenuhinya kebutuhan cabai rawit, dengan menanam sendiri juga lebih menghemat pengeluaran dan tentunya cabai rawit akan lebih sehat dan segar. Disisi lain juga membuat pekarangan rumah lebih asri dan dapat dimanfaatkan dengan baik, tentu bisa disandingkan dengan berbagai tanaman ataupun sayuran lainnya.

Cara Penanaman Tanaman Cabai Rawit

Sebelum melakukan penanaman tanaman cabai rawit, terdapat beberapa persyaratan dulu yang perlu dipenuhi. Persyaratan ini antara lain, walaupun tanaman cabai rawit dapat tubuh di dataran rendah maupun dataran tinggi, namun cabai rawit lebih cocok ditanam di ketinggian antara 0-500 mdpl.

Jika cabai rawit ditanam pada ketinggian di atas 500 mdpl, produksinya tidak jauh berbeda namun waktu panennya lebih panjang. Tanamn cabai rawit juga membutuhkan tanah yang gembur dan subur, kemudian juga tanah yang kaya akan bahan organik dan yang memiliki pH netral, yakni 6-7.

Cara menanam cabai rawit sendiri beragam, salah satunya adalah Cara Menanam Cabe Hidroponik dengan Botol Bekas dan Perawatan Sampai Panen. Setelah persyaratan tumbuh dari tanaman cabai rawit terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan penanaman cabai rawit. Berikut cara melakukan penanaman cabai rawit:

1. Pemilihan benih cabai rawit

Saat ini benih cabai rawit sangat mudah didapatkan di pasaran, namun terkadang kualitas benihnya tidak terlalu bagus. Untuk mendapatkan benih cabai rawit yang berkualitas bagus, dapat dengan membuat benihnya sendiri dengan menggunakan cabai dari hasil panen sebelumnya. 

Benih dari hasil panen yang ideal adalah dari hasil panen ke-5 dan ke-6, hal ini dikarenakan cabai rawit memiliki biji yang lebih banyak dan optimal. Untuk cara pembuatan benihnya cukup mudah, cukup dengan memetik cabai rawit kemudian dipotong membujur dari kulit buahnya.

Selanjutnya rendam biji cabai rawit dengan air bersih. Kemudian seleksi buah biji yang mengapung dan pisahkan dengan biji yang tenggelam. Jemur biji  di bawah sinar matahari hingga kering. Apabila dalam keadaan panas biasanya membutuhkan 2 sampai 3 hari.

2. Penyemaian Cabai Rawit

Sebelum disemai, bibit cabai rawit direndam air hangat terlebih dahulu selama 6 jam, tujuan perendaman ini untuk merangsang agar benih cepat tumbuh. Untuk proses semai sendiri, cara yang efektif untuk melakukan penyemaian cabai rawit adalah dengan menggunakan polybag. Polybag yang digunakan yaitu ukuran 5×10 cm, atau juga bisa menggunakan ukuran lain sesuai jumlah benih yang hendak disemai.

Untuk media tanahnya sendiri menggunakan bahan campuran yang terdiri dari tanah, arang dan juga kompos dengan perbandingan 1:1:1. Ketiga bahan tersebut kemudian dicampur merata baru kemudian dimasukan ke polybag. Selanjutnya benih dapat dimasukan ke polybag sedalam 0,5 cm, kemudian tutup dengan  media tanam. 

Untuk penyiraman dalam proses penyemaian ini dilakukan pagi dan sore hari. Benih yang sudah ditanam biasanya akan tumbuh dalam waktu 1 sampai 2 minggu, namun bibit cabai rawit ini baru bisa dipindahkan ke lahan apabila telah memiliki 5 helai daun atau lebih (kurang lebih  usia 1.5 bulan).

3. Penyiapan lahan dan penanaman cabai rawit

lahan yang hendak dipakai merupakan lahan kering atau tegal, maka tanah harus dibajak dan dicangkul sedalam 30-40 cm dan dibalik. Baru kemudian bongkahan tanah dihaluskan dan sisa tanaman sebelumnya dibersihkan agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai rawit.

Selanjutnya dilanjutkan dengan pembuatan bedengan. Bedengan dapat dibuat dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 40-50 cm (disesuaikan dengan kondisi tanah saat hujan, agar kelengasan tanah terjaga namun tidak tergenang bila turun hujan) dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedeng kurang lebih 40-50 cm (disesuaikan dengan kemudahan pemeliharaan dan agar drainasenya optimal).

Tanaman cabai rawit memerlukan pH tanah sekitar 6-7, apabila pH di bawah itu maka perlu ditambahkan kapur dengan takaran sebanyak 2 – 4 ton ( tergantung berapa pH awal). Pemberian kapur ini dilakukan pada saat pencangkulan atau pembajakan, hal ini agar kapur dan tanah secara merata tercampur.

Untuk lebih optimal, dapat menutup bedengan dengan mulsa plastik. Permukaan bedengan dibuat agak setengah lingkaran untuk mempermudah pemasangan mulsa. Pemberian pupuk kandang diberikan pada saat pengolahan tanah. Kemudian mulsa plastik hitam perak dipasang.

Jarak tanam yang digunakan dalam penanaman cabai rawit adalah70 cm x 70 cm atau 60cm x 70 cm. Pada jarak tanam yang telah ditentukan dibuat lubang tanam pada mulsa plastik dengan menggunakan kaleng yang dipanaskan. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 15-20 cm dan diameter 20-25 cm, dan dibiarkan satu malam baru keesokan harinya bibit ditanam.

Teknik Pemeliharaan Tanaman Cabai Rawit

Setelah proses penanaman cabai rawit, tahap yang tak kalah penting selajutnya adalah pemeliharaan tanaman cabai rawit. Teknik pemeliharaan pada tanaman cabai rawit meliputi penyulaman dan pemasangan ajir, penyiraman, pengaturan drainase, penyiangan, penggemburan, dan pemupukan.

1. Penyulaman dan pemasangan ajir

Penyulaman terhadap bibit cabai rawit yang mati dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam. Kemudian pemasangan ajir berupa bilah bambu setinggi kurang lebih 1 m di dekat tanaman. Bilah ajir sendiri merupakan tongkat/bambu yang berfungsi sebagai sandaran tanaman. 

2. Penyiraman cabai rawit

Selanjutnya teknik penyiraman juga perlu diperhatikan pada tanaman cabai rawit, apalagi di musim kemarau. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari apabila dalam keadaan terik, yaitu pagi dan sore hari. Namun, jangan menyiram tanaman pada siang hari. Ketika musim kemarau, mulsa plastik juga membantu menjaga kelembaban tanah. 

3. Teknik pengaturan drainase

Teknik selanjutnya adalah pengaturan drainase, yang mana eknik ini penting ketika musim penghujan. Ketika musim penghujan pengaturan drainase harus diperhatikan agar lahan tidak tergenang air, karena hal tersebut dapat meningkatkan serangan penyakit pada tanaman cabai rawit akibat kelembaban yang tinggi. 

4. Penyiangan gulma

Selanjutnya yang tak kalah penting adalah penyiangan gulma. Penyiangan terhadap gulma yang mengganggu tanaman cabai rawit dapat dilakukan pada umur tanaman 1 bulan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi kompetisi tanaman cabai rawit dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara dan nutrisi dari media tanam. 

5. Teknik pemupukan cabai rawit

Yang terakhir yang paling penting adalah pemupukan. Pemupukan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Kebutuhan pupuk pada tanaman cabai meliputi 10-30 ton/ha pupuk kandang, Urea 200-300kg/ha, SP-36 200-300kg/ha dan KCl 150-250kg/ha. Pemberian pupuk kandang dan kapur pertanian dilakukan saat pembuatan bedengan. 

Pupuk buatan sebagai pupuk dasar diberikan dengan cara membuat larikan berjarak 25-30 cm dari tepi bedengan dan jarak antar larikan 70cm, kemudian taburkan pupuk secara merata pada larikan tersebut. Pemberian pupuk dasar ini dilakukan sebelum pemasangan mulsa sebanyak setengah dosis.

Pemupukan susulan diberikan pada saat tanaman cabai rawit berumur satu bulan, menggunakan sisa pupuk dasar. Pemupukan susulan ini bisa diberikan dengan cara dicor, setiap tanaman disiram dengan 150-250 ml larutan pupuk. Larutan pupuk ini sendiri dibuat dengan mengencerkan 1,5-3 kg pupuk buatan per 100 liter air.

Karena tanaman cabai rawit merupakan tanaman tahunan yang masih dapat berproduksi sampai 2-3 tahun, maka sebaiknya dilakukan pemupukan ulang sesuai kebutuhan agar produksinya terus stabil. Pupuk yang digunakan juga bisa menggunakan pupuk organik, salah satunya dengan bahan daun yang memiliki Manfaat Pupuk Daun untuk Cabe – Tips dan Trik Budidaya.

Pengendalian Penyakit dan Hama pada Tanaman Cabai Rawit

Hama dari tanaman cabai rawit meliputi ulat, lalat buah, hingga gulma. Jika yang menyerang adalah hama putih dan ulat, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan pestisida. Kemudian untuk hama lalat buah dapat dikendalikan dengan pemasangan perangkap lalat buah yang mengandung metil eugenol.

Kemudian untuk hama-hama pengisap seperti kutu daun, trips dan kutu kebul dapat dikendalikan dengan pemasangan mulsa plastik hitam perak dan juga pemasangan perangkap lekat kuning. Untuk gulma sendiri dapat dikendalikan dengan penyiangan yang rutin.

Kemudian jika terjadi serangan penyakit jamur, dapat dilakukan penyemprotan menggunakan fungisida. Penyakit antraknose dapat dikendalikan dengan penggunaan varietas tahan dan juga penggunaan fungisida secara selektif. Perlu diperhatikan pua dalam penggunaan pestisida, pastikan pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya benar dan tepat.

Proses Panen Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit mulai bisa dipanen setelah berumur kurang lebih 80 hari setelah proses penanaman. Pemanenan dapat dilakukan beberapa kali namun tergantung jenis varietasnya dan faktor ekstern lainnya, seperti kondisi lahan, perawatan dan sebagainya. 

Pemanenan dapat dilakukan dalam periode 3 sampai 5 hari sekali. Pada proses pemanenan sebaiknya langsung memetik dengan tangkainya sekaligus. Proses pemetikan ini sebaiknya dilakukan pagi hari karena cabe masih dalam kondisi segar.

Pada saat panen, cabai rawit yang rusak juga sebaiknya dimusnahkan, kemudian cabai rawit yang dipanen dimasukkan dalam karung jala.  Jika hendak disimpan sebaiknya disimpan di tempat yang kering dan sejuk dengan sirkulasi udara yang baik.

Setelah mengetahui cara budidaya tanaman cabai rawit, tentu budidaya cabai rawit ini bisa coba untuk dilakukan di rumah maupun di kebun. Selain cabai rawit, bisa pula melakukan Budidaya Aeroponik Selada yang juga bisa dilakukan di rumah. Jika ingin budidaya ikan bisa mencoba Cara Budidaya Ikan Patin di Kolam Tanah – Tips Pemelirahaan yang Baik.

Recent Posts

6 Pupuk untuk Tanaman Hias Agar Subur

Selain air dan sinar matahari, pupuk merupakan salah satu hal yang tidak boleh ketinggalan untuk…

3 months ago

5 Penyebab Kutu Putih pada Tanaman

Seperti gulma yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman, kutu putih juga merupakan salah satu hama yang…

3 months ago

Cara Menanam Euphorbia dalam Pot

Euphorbia merupakan salah satu tanaman hias yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Padahal, tanaman ini…

4 months ago

Sekam Padi : Pengertian, Manfaat, dan Cara Menggunakannya

Sekam padi adalah salah satu sisa pertanian yang sering diabaikan, tetapi memiliki potensi besar untuk…

6 months ago

Dampak Menggunakan Sekam Padi

Sekam padi adalah sisa kulit luar butir padi setelah proses penggilingan beras. Sekam ini berwarna…

6 months ago

4 Cara Menanam Cabe Langsung di Tanah

Cabe merupakan salah satu komoditas yang paling banyak digunakan untuk memberikan cita rasa lezat dalam…

6 months ago