Tips dan Trik

9 Fungisida Untuk Cabe Di Musim Kemarau

Fungisida merupakan pestisida atau pembasmi hama yang fokus dalam mengatasi atau mencegah pertumbuhan jamur yang dapat merusak tumbuhan. Selain itu, fungi yang merupakan hama bagi tanaman juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen.

Ketika hasil perkebunan terserang hama jamur maupun jenis lainnya, maka para petani perlu memperhatikan cara mengolah hasil panen agar bertahan lama. Hal ini karena hama pada tumbuhan masih dapat menyebabkan kerusakan bahkan setelah dilakukan panen.

Jamur secara umum diidentikan dengan musim hujan. Namun meskipun demikian pada musim kemarau organisme ini tetap dapat berkembang dan mengganggu pertanian melalui spora yang terbawa oleh angin dan air.

Tanaman cabe menjadi salah satu yang cukup rentan akan serangan jamur. Jika tidak ditangani dengan baik, kemungkinan penurunan hasil panen akan menjadi lebih besar. Berikut fungisida untuk cabe di musim kemarau :

1. Belerang

Dalam dunia pertanian, belerang merupakan komponen yang amat sering dijumpai dalam berbagai pupuk maupun pengusir hama. Sebagai fungisida, belerang memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi untuk melawan jamur.

Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan belerang sebagai fungisida adalah untuk selalu memastikan takaran yang tepat sebelum di aplikasikan pada tumbuhan. Kelebihan dosis pada cabai tidak hanya akan membasmi jamur, namun akan turut merusak tanaman itu sendiri.

Kelebihan yang dimiliki belerang adalah sifatnya yang tidak hanya mampu untuk membasmi jamur, namun juga efektif cara mengatasi hama kutu kebul secara alami dan mudah serta cara membasmi hama semut pada tanaman cabe dengan bahan sederhana.

2. Asam Kloro Bromo Iso Sianurik

Kenapa Pohon Cabe Daunnya Rontok? Kloro Bromo Iso Sianurik yang digunakan sebagai fungisida bekerja paling ampun untuk mengatasi masalah bercak pada daun cabe yang terserang hama. Pada mulanya daun akan terlihat layu sebelum kemudian rontok

Fungisida ini umumnya bersifat kontak. Sehingga memang akan bekerja secara efektif pada bagian khusus yang terkena zat tersebut.

3. Azoksistrobin dan Difenokonazol

Phytophtora merupakan salah satu jenis jamur yang berpotensi menimbulkan kerugian paling besar bagi petani cabe. Jamur ini dapat tumbuh dan berkembang melalui aliran atau genangan air saat mengairi lahan pertanian.

Jamur jenis phytophtora ini juga dapat berkembang melalui media tanah saat menanam cabe. Kemudian kerusakan yang ditimbulkan dapat terjadi pada batang dan daun cabe. Hal tersebut menjadikan jenis hama ini sebagai salah satu yang paling diwaspadai para petani cabe.

Untuk menanganinya penggunaan fungisida azoksistrobin dan difenokonazol dapat dipilih untuk menghentikan penyebaran jamur tersebut.

Selain itu, fungisida ini juga dapat mengembalikan kondisi tanaman cabe seperti sebelum terserang hama jamur. Pastikan untuk secara rutin menyemprotkan pembasmi hama ini agar daya tahan cabe tetap terjaga.

4. Mandipropamid

Bahan aktif mandipropamid dalam fungisida memiliki sistem kerja secara kontak dan sitemik untuk melawan jamur yang akan merusak tanaman. Salah satu masalah yang paling sering dihadapi ketika bertani cabe adalah daun busuk yang disebabkan oleh jamur.

Mandipropamid dapat digunakan sebagai pencegah dan untuk merawat tanaman cabe yang sudah terlanjur terserang jamur daun busuk.

5. Mancozeb

Mancozeb merupakan salah satu bahan aktif yang paling sering digunakan sebagai fungisida. Khususnya untuk mengatasi masalah daun dan buah busuk pada cabe akibat jamur.

Fungisida ini bekerja dengan cara menghambat kinerja enzim jamur dan melemahkannya untuk menghentikan kerusakan pada tanaman cabe. Kelebihan lain dari kandungan mancozeb adalah sifatnya yang digolongkan sebagai fungisida dengan resiko rendah.

6. Heksakonazol

Hampir sebagian penyebab gagal panen pada petani cabe terjadi karena antraknose. Yaitu kondisi dimana buah cabe siap panen mengalami pembusukan.

Penyebab utama rusaknya buah cabe siap panen ini dikarenakan jamur colletotrichum acutatum. Jamur ini berkembang melalui genangan air yang mengendap selama proses pengairan.

Selain memilih bibit yang sehat dan menjaga kebersihan lingkungan pertanian, penggunaan fungisida dengan bahan aktif heksakonazol dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah pembusukan pada buah cabe.

7. Karbendazim

Hampir serupa dengan heksakonazol, kandungan bahan aktif karbendazim dalam fungisida juga berguna untuk mengatasi masalah buah busuk pada cabe. Fungisida ini bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur.

Kelebihan lain yang dimiliki karbendazim adalah bahwa zat ini tidak hanya dapat digunakan untuk mengatasi jamur pada tanaman yang sudah berkembang, namun juga dapat digunakan sebagai seed treatment pada masa awal pertanian.

8. Klorotalonil

Fungisida dengan kandungan klorotalonil digunakan jika tanaman cabe mengalami kondisi busuk pada daun dab buah. Fungisida ini umum ditemui berbentuk tepung, sehingga tidak dapat langsung digunakan.

Untuk mengatasi jamur dengan fungisida berbahan aktif klorotalonil, terlebih dahulu larutkan bahan dengan air sebelum disemprotkan pada tanaman cabe.

9. Metil Tiofanat

Bahan aktif metil tiofanat memiliki efektivitas yang cukup tinggi untuk mengendalikan berbagai serangan jamur yang timbul pada tanaman cabe. Seperti daun busuk, bercak pada daun, buah busuk dan penyakit blas.

Fungisida ini secara bersamaan memiliki fungsi ganda sebagai pembasmi dan pencegah jamur bagi tanaman cabe. Metil tiofanat merupakan zat aktif yang memiliki efektivitas tinggi dalam mengatasi hama secara tepat sasaran. Selain itu, penggunaan fungisida ini juga relatif aman karena tidak meninggalkan residu pada tanaman dan hasil panen.

Cara Memilih Fungisida untuk Cabe di Musim Kemarau

Ada begitu banyak jenis hama tamanan cabe dan cara mengatasinya. Pilihan fungisida yang beragam juga cukup memudahkan petani cabe untuk mengatasi masalah pada tanaman yang disebabkan oleh jamur.

Cara memilih fungisida yang tepat untuk cabe saat musim kemarau yang paling utama adalah dengan melihat kondisi kesehatan dan gangguan yang dialami tanaman. Selain itu, pemilihan waktu yang tepat juga penting untuk diperhatikan dalam memilih fungisida yang akan digunakan.

Fungisida sistemik sebaiknya sudah mulai digunakan sejak cabe masih di tahap awal pertumbuhan agar tumbuhan mendapatkan perlindungan yang lebih kuat melalui penyebaran dalam jaringan. Sedangkan fungisida kontak lebih disarankan untuk digunakan ketika cabe diserang hama dengan mobilitas yang lemah atau hama yang hanya menyerang bagian luar tanaman seperti semut, kutu dan serangga.

Selain memanfaatkan bahan aktif dari fungisida yang dijual bebas di pasaran, para petani cabe juga dapat mencoba cara membuat fungisida alami untuk tanaman cabe dengan mudah.

Recent Posts

6 Pupuk untuk Tanaman Hias Agar Subur

Selain air dan sinar matahari, pupuk merupakan salah satu hal yang tidak boleh ketinggalan untuk…

9 months ago

5 Penyebab Kutu Putih pada Tanaman

Seperti gulma yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman, kutu putih juga merupakan salah satu hama yang…

9 months ago

Cara Menanam Euphorbia dalam Pot

Euphorbia merupakan salah satu tanaman hias yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Padahal, tanaman ini…

10 months ago

Sekam Padi : Pengertian, Manfaat, dan Cara Menggunakannya

Sekam padi adalah salah satu sisa pertanian yang sering diabaikan, tetapi memiliki potensi besar untuk…

12 months ago

Dampak Menggunakan Sekam Padi

Sekam padi adalah sisa kulit luar butir padi setelah proses penggilingan beras. Sekam ini berwarna…

12 months ago

4 Cara Menanam Cabe Langsung di Tanah

Cabe merupakan salah satu komoditas yang paling banyak digunakan untuk memberikan cita rasa lezat dalam…

12 months ago