Jamur shitake merupakan jenis jamur yang tidak hanya dikenal sebagai jamur konsumsi, melaikan juga khasiatnya telah dikenal sejak zaman kuno terutama di daerah asal jamur ini yakni tionkok atau cina.
Menurut ahli pengonatan kuno tiongkok dokter wu jue pada zaman dinasti ming (1358-1644) menuliskan bahwa khasiat utama jamur shitake dapat mengobati penyakit saluran napsa. melancarkan peredaran darah, meredakan gangguan hati, memulihkan kekuatan dan meningkatkan energi chi. Dengan berbagai manfaat dan khsiatnya itulah, maka tidk heran jika kemudian jamur shitake menjadi salah satu jeis jamur yang populer dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Bagimana dengan di indonesia ? apakah jamur shitake sama populernya ?. Meskipun tidak sefamiliar jamur tiran atau jamur merang yang merupakan jamur konsumsi, namun jamur shitake juga kerap ditemui dalam berbagai sajian hidangan di restoran Indonesia.
Meskipun tentunya hanya beberapa golongan atau kelompok masyarakat yang kerap menyantap hidangan ini. Bisa dikatakan bahwa di Indonesia pangsa pasar bagi jamur shitake tidaklah seluas jenis jamur konsumsi lainnya. Sangat wajar memang sebab selain konsumen yang terbatas, tentunya harga dari jamur shitake sendiri terbilang tidak murah.
Meskipun demikian dengan letak geografis dan kondisi bentang alamnya, Indonesia sendiri menjadi salah satu lokasi tepat untuk dapat membudidayakan jamur shitake. Terutama daerah dataran tinggi yang memiliki suhu udara dingin dengan ketinggian 700-1200 mdp. Nah, inilah yang menyebabkan mengapa daerah dataran tinggi seperti lembang bandung menjadi pusat dan sentra bududaya jamur shitake.
Di habitat alaminya jamur ini banyak ditemukan didalam hutan yang lebat dengan kondisi kelembaban yang tinggi. Tentunya untuk membudidayakannya anda juga harus membuat kondisi lingkungan serupa dengan habitat aslinya, berikut tahapan sederhana mengenai 5 Cara Budidaya Jamur Shitake bagi pemula yang pasti berhasil.
- Pembuatan Media Tanam
Sama dengan budidaya jamur pada umumnya, dalam budidaya jamur shitake ini tentu juga membutuhkan media tanam sebagai sarana agar dapat tumbuh dengan optimal sebagaimana pada cara membuat bibit f1 media gabah.
Untuk media tanam sendiri, umumnya yang dapat digunakan adalah serbuk kayu (80-90%), dedak atau bekatul (5-10%), kapur atau CaCo3 (2%) serta untuk menambahkan sumber nutrisi juha dapat kembali ditambahkan biji bijian seperti jagung, padi atau gandum dengan komposisi 1-2 %.
Untuk jenis serbuk gergaji sebaiknya gunakan kayu yang tidak bergetah, dan juga serbuk merupakan serbuk kayu yang masih baru. Pastikan bahwa sekua bahan yang ada merupakan bahan yang memiliki kualitas baik, dengan demikian maka baglog yang dihasilkanpun akan memiliki kualitas yang baik. Untuk tahapan pembuatan baglog dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Semua bahan yang telah disipkan dicampur san diaduk secara merata, sehingga tercampur dengan baik.
- Selanjutnya tambahkan air kedalam media tadi, dengan ketentuan bahwa kadar air dinyatakan cukup jika adonan saat digengam membentuk bentuk sempurna dan tidak hancur.
- Jika adonan masih hancur dan ambyar saat di genggam maka sebaiknya tambahkan kembali air sedikit demi sedikit.
- Selanjutnya, masukkan adonan kedalam plastik kapasitas 1 kg, gunakan plastik PP yang tahan panas.
- Kemudian, padatkan media tanam dengan menggunakan bantuan mesin press jika ada, namun jika tidakbada dapat dilakukan dengan cara manual.
- Setelah itu kemudian legakkan media tanam ditempat yang teduh untuk kemudian dilakukan tahapan selanjutnya yaknis sterilisasi.
2. Proses Sterilisasi Media Tanam
Setelah pembuatan media tanam diselesaikan, tahapan selanjutnya yanh wajib di selesaikan adalah proses sterilisasi. Dalan proses ini, sterilisasi merupakan tahapan agar media yang dihasilkan steeil dan terbebas dari paparan dan kontaminasi jamur jenis lain dan juga bakteri seperti juga pada cara budidaya jamur florida .
Dalam strerilisasi dapat menggunakan metode yang sederhana, sebagimana dalam tahapan berikut ini :
- Persipakan alat berupa drum dengan kapasitas besar, sehingga memungkinkan sterilisasi dapat dilakukan dalam sekali tahapan.
- Siapkan juga tungku tempat merebut baglog, serta juga kayu bakar dan air bersih.
- Mula mula, letakkan sarangan uang bisa di buat dari kayu, dengan bentuk membulat sebagaimana ukuran diameter drum.
- letakkan sarangan pada bagian dasar drum, kemudian isikan air kedalam grum hingga batas atas permukaan sarangan.
- Selanjutnya tata dan susun baglog kedalam drum, kemudian nyalakan api dan biatkan hingga proses sterilisasi berjalan selama 6 jam.
- Jaga api agar tetap dalam kondisi stabil.
- Setelah sterilasi usai, biarkan media tanam dingin, baru kemudian dipindahkan ke dalam ruangan khusus penanaman.
3. Tahapan Inokulasi dan Inkubasi
Tahapan selanjutnya dapat langsung dilakukan penanaman, tahapan ini lebih dikenal dengan istilah inokulasi sebagiamna dalam cara budidaya jamur tiram f0. Dalam tahapan ini merupakan penentu utama keberhasilan dalam budidaya jamur shitake.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk memperhatikan beberapa hal berikut ini :
- Inokulasi dilakukan di ruangan khusus yang tertutup dan juga steril.
- Semua peralatan yang digunakan haruslah steril dan bersih, termasuka juga pakaian yang anda kenakan.
- Pertama, persiapakan bibit F2 jamur shitake berkualitas.
- Selanjutnya buka baglog, an taburkan bibit jamur tadi ke permukaan media tanam.
- Kemudian, tutup baglog menggunakan cincin paralon yang disediakan.
- Tali menggunakan karet bagian plastik yang terisisa dan tekuk kebagian bawah.
- Jika diperlukan kubang pada cincin paralon dapat ditutup menggunakan kapas untuk menghindari tingkat kontaminasi.
- Setelah proses inokulasi selesai maka dapat dilanjutkan dengan tahaoan inkubasi, yakni baglog dilatakkan didalam ruangan khusus yang tertutup dan gelap.
- Proses ini biasanya berlangsung 7-15 hari dengan tujuan untuk menumbuhkan miselium atau bakal jamur.
- Jika diperlukan, tutup baglog dengan menggunakan penutup agar sinar matahari benar benar tak dapat masuk.
4. Perawatan dan Pemeliharaan
Tahapan selanjutnya, setelah miselium mulai memenuhi baglog maka selanjutnya dapat di pindahkan ke ruangan khusus baglog atau kumbung jamur seperti pada cara budidaya jamur janjangan sawit .
Di dalam kumbung inilah baglog di rawat dan dipelihara agar dapat menghasilkan jamur shitake berkualitas. Pada umumnya tahapan perawatan dan pemeliharaan tidak jauh berbeda dengan budidaya jamur pada umumnya.
Namun, tetap memperhatikan beberapa hal berikut ini :
- Penyiraman
Penyiraman merupakan elemen terpenting dalam budidaya jamur shitake. Sebab sebagaimana yang kita tahu bahwa jamur membutuhkan lingkungan yang lembab, sehingga penyiranan harus dilakukan secara rutin. Waktu paling terbaik adalah saat sore hari dan pagi hari. Jumlah pemberian air disesuaikan dengan kondisi saat itu, jika kondisi lembab maka sebaiknya jangan terlampu disiram. Terlebih lagi penyiraman hanya dilakukan pada bagian atap dan jyga lantai kumbung.
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit dapat menjadi resiko dalam kegagalan budidaya. Dalam budidaya jamur, serangan hama dan penyakit dapat dipicu oleh kondisi kelembaban yang terlalu tinggi. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan pencegahan, yakni dengan cara membunuh hama atau penyakit yang muncul. Sebab dalam budidaya jamur shitake tidak diperkenankan ada unsur kimiawi yang masuk.
5. Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan 5-6 bulan setelah masa inkubasi. Kriteria panen dapat dilihat dari ukuran jamur yang sudah maksimal seperti pada cara budidaya jamur king oyster, dimana tudung payung jamur sudah terbuka 60-70%.
Frekuensi atau interval panen dapat dilakukan 2-3 kali dalam satu kali masa budidaya. Selanjutnya panen dilakukan dengan cara memotong batang jamur yang sudah layak di panen, kemudian dilakukan pensortiran untuk selanjutnya dijual.
itulah tadi, 5 cara budidaya jamur shitake bagi pemula yang pasti berhasil. Selamat mencoba, semiga artikel ini dapat bermanfaat.