Seperti yang kita ketahui bersama, kelapa sawit merupakan salah satu komoditas eksport yang besar bagi Indonesia. Letak perkebunan kelapa sawit ini tersebar hampir di seluruh kepulaun Nusantara tergantung pada jenis tanah untuk menanam kelapa sawit, yang utamanya berada di daerah Kalimantan dan Sumatera.
Jika luas satu lahan berkisar 40 ha, maka dapat dibayangkan berapa banyak sampah organik berupa pelepah sawit yang diproduksi setiap harinya.
Peluang inilah yang dibaca oleh para petani sawit di perkebunan Jambi, Sumatera. Mereka memanfaatkan waktu jeda peremajaan pohon sawit untuk memproduksi pupuk organik dari pelepah sawit. Sebagai informasi, usia pohon sawit dapat mencapai 15 – 20 tahun, sehingga butuh waktu peremajaan yang cukup lama untuk dapat berbuah kembali.
Dengan memanfaatkan waktu jeda produksi yang dapat berlangsung 2 – 3 tahun, para petani pun memperoleh penghasilan sampingan melalui penjualan pupuk organik yang mereka buat secara mandiri. Namun siapa sangka, kegiatan ini malah mendatangkan omzet yang tidak kalah besar pula layaknya budidaya jamur shitake, yaitu 1 miliar rupiah!
Anda tertarik untuk mempelajari cara membuat pupuk organik dari pelepah sawit ini? Silahkan disimak langkah demi langkah yang telah kami rangkumkan berikut ini.
Cara Membuat Pupuk Organik dari Pelepah Sawit
Sebelum masuk pada tahapan pengolahan pelepah sawit menjadi pupuk kompos bernilai jual tinggi, ada baiknya kita persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Sebenarnya dalam proses pengomposan ini bahan tambahan berupa kotoran sapi tidaklah wajib atau tergantung dari ketersediaan serta kemudahan dalam mendapatkan bahan. Namun jika di tempat Anda banyak dijumpai kotoran sapi yang terbengkalai, maka sebaiknya dimanfaatkan saja.
Secara khusus kami pernah membahas mengenai cara membuat pupuk organik padat dari kotoran sapi pada halaman lain, silahkan dibuka untuk mengetahui lebih lanjut manfaat dan kelebihan dari pupuk organik kotoran sapi ini.
Persiapan alat:
Cara pembuatan:
1. Mula-mula kita persipakan dahulu cetakan bambu sesuai dengan ukuran yang telah kami sebutkan di atas yaitu 2 x 1 x 1 m. Pada bagian bawah dari cetakan ini tidak perlu diberi alas.
2. Potong-potong pelepah sawit yang telah mengering dengan menggunakan parang. Tujuan dari pemotongan ini adalah untuk mempermudah proses pengomposan. Perlakuan yang sama diterapkan pada cara membuat pupuk organik padat dari limbah rumah tangga.
3. Encerkan terlebih dahulu promi dengan menggunakan 50 – 100 liter air. Dosis yang dipakai untuk proses pengomposan ini adalah 0,5 – 1 m3 bahan.
4. Basahi pula pelepah sawit dengan menggunakan air sebanyak 200 – 300 liter, atau tergantung dari kondisi kekeringan pelepah. Tujuannya adalah agar pelepah sawit menjadi basah. Sebab dalam proses pengomposan nantinya dibutuhkan kondisi yang lembab.
Tekan-tekan pelepah sawit lapis pertama tersebut hingga memadat dengan cara menginjak-injaknya.
6. Setelah itu masukkan kotoran sapi sebagai lapisan kedua dan siram dengan larutan Promi sedikit demi sedikit
7. Ulangi meletakkan pelepah sawit bergantian dengan kotoran sapi, dan larutan Promi. Begitu seterusnya hingga bahan habis atau cetakan penuh. Dalam proses ini tidak perlu dilakukan pembalikan atau pencampuran bahan kembali, berbeda dengan cara membuat pupuk organik dari kencing manusia.
8. Kompos yang sudah penuh dapat dibuka cetakan bambunya, dan nanti akan nampak lapisan-lapisan pelepah sawit dan kotoran sapi
9. Tutup bakal kompos tersebut menggunakan terpal atau plastik penutup. Ikat dengan tali dan beri beban di setiap sisi bawah agar terpal tidak tersingkap.
10. Proses pengomposan akan berlangsung selama kurang lebih satu bulan lamanya. Saat proses berlangsung, lakukanlah pengecekan secara berkala.
Pengomposan yang berhasil memiliki ciri, penurunan ketinggian kompos hingga setengah dari tinggi awal dan peningkatan suhu hingga 70 derajat celsius.
11. Lakukan pula pengecekan kelembapan. Salah satu kendala yang sering dijumpai pada proses pengomposan pelepah sawit ini adalah ketersediaan sumber air. Padahal dalam proses ini pelepah sawit tidak boleh kering atau harus selalu lembab.
12. Kompos yang sudah siap panen akan mengalami penurunan suhu serta merubah pelepah sawit menjadi hancur dan lunak.
Cara pengaplikasian
Keberadaan gulma akan menjadi sarang bagi bibit penyakit atau hama yang mengganggu, jika menemukan adanya serangan hama, segera temukan solusi pada mengatasi hama dan penyakit tumbuhan secara alami.
Taburkan pupuk organik dari pelepah sawit secara melingkar dalam jarak di tengah-tengah pokok pohon dan ujung tajuk, atau kurang lebih 1 – 1,5 m dari pokok tanaman.
Manfaat pupuk organik dari pelepah sawit
Itulah cara membuat pupuk organik dari pelepah sawit, kami berharap tips serta petunjuk dari kami dapat memberi inspirasi bagi Anda untuk mengelola limbah organik menjadi sesuatu yang bermanfaat bahkan bernilai jual lebih.
Selain air dan sinar matahari, pupuk merupakan salah satu hal yang tidak boleh ketinggalan untuk…
Seperti gulma yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman, kutu putih juga merupakan salah satu hama yang…
Euphorbia merupakan salah satu tanaman hias yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Padahal, tanaman ini…
Sekam padi adalah salah satu sisa pertanian yang sering diabaikan, tetapi memiliki potensi besar untuk…
Sekam padi adalah sisa kulit luar butir padi setelah proses penggilingan beras. Sekam ini berwarna…
Cabe merupakan salah satu komoditas yang paling banyak digunakan untuk memberikan cita rasa lezat dalam…