Kotoran atau sisa metabolisme dari hewan ternak seperti ayam memang kerap kali meresahkan, utamanya bagi para peternak. Pasalnya selain berbau tidak sedap, kotoran ayam yang tercecer juga dapat mengundang bibit penyakit.
Masalah lain kemudian timbul apabila lahan peternakan ayam letaknya dekat dengan pemukiman warga, tentu komplain atas ketidaknyamanan tersebut kita jumpai setiap saat.
Namun berbeda kondisinya jika kita pandai mengelola kotoran ayam untuk dijadikan pupuk padat yang bermanfaat. Kotoran ayam yang biasa dikelola berasal dari peternakan ayam potong dan ayam petelur dimana para peternaknya akan memicu pertumbuhan sang ayam dengan memberi makan banyak. Semakin banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak pula kotoran ayam yang dihasilkan. Namun tidak menutup kemungkinan pula untuk budidaya ayam joper dapat menyumbangkan pula sisa metabolisme hewan ternaknya untuk dijadikan pupuk padat.
Yang terpenting adalah kita mengetahui prinsip utama pengomposan, sehingga bahan apa saja yang kita kelola dapat menghasilkan pupuk kompos yang berkualitas baik. Maka dalam proses pembuatannya, hendaknya kita memahami beberapa poin berikut ini:
Cara Membuat Pupuk Organik Padat dari Kotoran Ayam
Dalam pembahasan ini, kami akan berbagi mengenai dua cara atau dua proses yang berbeda dalam mengolah kotoran ayam untuk dijadikan pupuk padat. Adapun jenis kotoran ayam yang digunakan adalah kotoran ayam pedaging yang dikenal sangat bau dan cepat sekali mengundang pertumbuhan belatung atau bibit lalat. Teknik yang digunakan sama dengan cara membuat pupuk organik padat dari limbah rumah tangga yaitu dengan teknik berlapis.
#Cara 1
Persiapan Alat dan Bahan:
Cara Pembuatan:
1. Susun bahan-bahan yang ada secara berlapis dimulai dengan emput berketebalan kurang lebih 5 cm, kemudian kotoran ayam kurang lebih 10 cm, kapur secukupnya. Lalu semprot bahan-bahan tersebut menggunakan cairan DOF yang telah dicampur berikan secukupnya. Fungsi dari cairan DOF ini sama dengan EM4 pada cara membuat pupuk cair dengan EM4.
Panduan dosis cairan DOF yang bisa digunakan adalah 2- 3 liter cairan untuk keperluan 1 ton bahan. Jadi Anda dapat memperkirakan sendiri dalam pemberiannya pada tiap lapisan.
2. Tutup tumpukan dengan menggunkan terpal agar kelembapannya bisa terjaga serta mempercepat proses pengomposan. Jangan lupa memberi pemberat di setiap sisi terpal agar terpal tidak terbuka dan dimasuki lalat
3. Lakukan pengecekan setelah 1 – 2 hari, jika suhu di dalam terpal terasa panas, maka prosesnya berhasil
4. Pada hari ke 15 belas, lakukan pengadukan agar proses pengomposan merata
5. Pada hari ke 21 lakukan kembali pengecekan. Cek suhu di dalam terpal, apabila terasa panas, maka proses pengomposan sedang berlangsung
6. Lakukan pembalikan atau pengadukan kembali pada hari ke 25, pada hari ke 30, lakukan pengecekan suhu. Apabila suhu di dalam terpal masih panas, maka proses fermentasi atau pengomposan masih berlangsunga. Pupuk padat belum siap dipakai, tutup kembali terpal dengan rapat
7. Pembongkaran atau pemanenan pupuk padat baru dapat dilakukan pada hari ke 30+. Pupuk padat yang sudh siap dipanen memiliki ciri-ciri warna yang coklat kehitaman, tidak berbau, dan suhu panasnya telah menurun.
Pupuk memang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Setiap jenis tanaman dan setiap tahapan pertumbuhan membutuhkan jenis pupuk yang berbeda, contohnya pada cara merawat bunga jambu agar tidak rontok.
#Cara 2
Persiapan Alat dan Bahan:
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada proses ke dua ini sama dengan proses pembuatan yang pertama. Perbedaanya terlatak pada tahapan yang harus dikerjakan. Jika pada proses pertama kita melakukan pengadukan dan pembalikan sesekali, maka pada pembuatna yang kedua ini proses tersebut tidak dikerjakan. Untuk keterangan lengkapnya silahkan dibaca berikut ini.
1. Aduk semua bahan yang sudah Anda persiapkan, tambahkan cairan DOF pada bahan hingga bahan menjadi lembab (tidak terlalu kering, tidak terlalu basah)
2. Tutup bahan-bahan mentah tersebut menggunakan terpal, pastikan terpalnya pun menutup dengan rapat
3. Setelah 1 – 2 hari, lakuakn pengecekan suhu. Apabila suhu terasa panas, maka proses pengomposan sedang berlangsung
4. Lakukan pengecekan suhu 7 hari sekali untuk memastikan proses pengomposan masih berjalan. Selama suhu di dalam terpal belum turun, maka berarti pupuk padat tersebut belum bisa digunakan
5. Pupuk baru dapat dipanen saat menginjak 30+ hari
Cara membuat pupuk organik padat dari kotoran ayam memang membutuhkan waktu relatif lama jika dibandingkan dengan cara membuat pupuk dari vetsin atau cara membuat pupuk hantu untuk cabe, hal ini disebabkan oleh tingginya protein yang terdapat pada bahan. Maka dari itu pula, belatung-belatung atau bibit lalat akan sangat mudah berkembang di sekitar pembuatan pupuk. Perlu adanya kecermatan dalam menutup serta mengontrol kondisi terpal agar tidak mudah dimasuki berbagai bibit hewan yang mengganggu.
Untuk mempercepat proses pengomposan, Anda dapat menambahkan cairan agar pupuk yang dihasilkan pun menjadi semakin berkualitas.
Manfaat dari pupuk organik padat dari kotoran ayam ini sangat beragam, begitu pula menanam daun antanan. Diantara manfaat yang ada yang dapat kami sebutkan adalah sebagai berikut:
Cara membuat pupuk organik padat dari kotoran ayam memanglah sangat mudah untuk dikerjakan. Selain menyelesaikan permasalahan sanitasi di peternakan, membuat pupuk secara mandiri juga berarti mampu berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
Selain air dan sinar matahari, pupuk merupakan salah satu hal yang tidak boleh ketinggalan untuk…
Seperti gulma yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman, kutu putih juga merupakan salah satu hama yang…
Euphorbia merupakan salah satu tanaman hias yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Padahal, tanaman ini…
Sekam padi adalah salah satu sisa pertanian yang sering diabaikan, tetapi memiliki potensi besar untuk…
Sekam padi adalah sisa kulit luar butir padi setelah proses penggilingan beras. Sekam ini berwarna…
Cabe merupakan salah satu komoditas yang paling banyak digunakan untuk memberikan cita rasa lezat dalam…